Bagaimana Media Sosial Bisa Mengubah Pola Pikir Orang? – Media sosial atau media sosial menawarkan banyak kemudahan. Dengan hadirnya media sosial, orang-orang melampaui jarak dan waktu, dan dunia bergerak semakin cepat. Selain informasi yang sederhana, pengguna internet juga dapat melihatnya dengan sangat cepat. informasi
Bagaimana Media Sosial Bisa Mengubah Pola Pikir Orang?
readergirlz – Tentu seperti namanya, media sosial memiliki kelebihan sebagai ruang sosial, meski hanya di dunia maya. Perannya dalam kegiatan sosial sangat besar di dunia modern ini. Dengan bantuan internet dan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dll, masyarakat kini dapat saling berinteraksi kapan saja dan di mana saja, sehingga memudahkan dalam hal komunikasi, tanpa memandang jarak.
Selain terhubung dengan teman dan keluarga yang jauh, sangat memungkinkan untuk memperluas jaringan hubungan Anda melalui media sosial. Dengan jutaan orang di seluruh dunia yang berpartisipasi dalam media sosial, sangat mungkin untuk mendapatkan teman baru di dalam dan luar negeri.
Di era perubahan teknologi yang sudah sangat tinggi ini, internet telah memberikan dampak yang luar biasa di dalam sebuah kehidupan sosial dan juga masyarakat, terutama yaitu melalui sebuah media sosial. Pergi dari pekerjaan, bertukar informasi, atau hanya bersenang-senang. Tapi kita tahu bahwa media sosial dapat mengubah cara berpikir orang.
Proses Perubahan Pola Pikir
Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Karena mudahnya mendapatkan informasi tanpa perlu khawatir seperti dulu. Oleh karena itu, SNS dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang mengubah kesadaran masyarakat. Jadi bagaimana ini mengubah cara orang berpikir?
Pertama, orang yang menerima informasi melalui media sosial menginterpretasikan berita tersebut. Apakah itu masuk akal baginya atau tidak masuk akal sama sekali. Jika masuk akal, dia menerima dan memproses informasi, dan bahkan mempercayainya sampai akhirnya dia berubah pikiran. Misalnya youtube. Media sosial ini sering digunakan oleh masyarakat untuk mengunggah informasi dan menimba ilmu. Kami sering melihat konten di sini yang bertujuan untuk mengarahkan opini publik. Bahkan konten dapat mengubah pikiran orang yang sebelumnya tidak setuju, dan sebaliknya. Hal yang banyak mempengaruhi sebuah pola pikir ketika menggunakan sebuah media sosial
1. Usia
Dari usia anak-anak hingga banyak orang tua, smartphone digunakan untuk menangkap dan berbagi informasi di semua media, termasuk media sosial. Padahal, usia bukanlah alasan mengapa hal ini terjadi. Hal ini karena pemikiran manusia sangat dinamis karena berubah dari waktu ke waktu.
Namun, anak-anak yang menggunakan media sosial tanpa pengawasan orang tua berdampak negatif pada kesehatan mentalnya. Misalnya, menonton konten kartun di platform YouTube dapat menyebabkan konten yang tidak boleh dilihat. Pada usia siswa SD dan SMP, pemikiran mereka masih belum matang, sehingga merupakan masa yang mudah untuk mengubah cara berpikir, baik yang positif maupun yang negatif.
2. Bagaimana Kami Memproses Informasi
Media sosial tidak mengubah pola pikir orang dengan cepat. Tentu saja, ini tergantung pada apa yang Anda lakukan dengan informasi yang Anda terima. Misalnya, jika Anda mendapatkan sebuah informasi dari media Instagram atau juga Twitter, kemudian apakah Anda langsung mengambil kesimpulan atau mencoba mencari fakta lain? Sekali lagi, itu tergantung pada apa yang Anda lakukan dengan informasi tersebut. Percaya informasi segera mengubah cara Anda berpikir. Jadi cara kita memproses informasi untuk menyimpulkan fakta dapat berdampak besar pada cara berpikir seseorang.
3. Upaya Untuk Memastikan Kebenaran
Salah satu topik yang sedang hangat diperbincangkan di Indonesia saat ini adalah hoaks dan berita palsu. Apakah orang berubah pikiran juga tergantung pada sumber berita dan kesediaan mereka untuk memeriksa fakta. Seperti disebutkan sebelumnya, pikiran orang dapat berubah dengan sangat mudah jika mereka tidak melihat kebenaran. Oleh karena itu, berita palsu memiliki efek yang sangat berbahaya bagi semua orang karena bertujuan untuk membujuk orang lain agar setuju dengan apa yang sedang beredar. Salah satu contohnya adalah penyebaran berita palsu di India.
Baca Juga : Media Sosial Mempromosikan Sepak Bola Wanita
Berita itu tentang empat pengemis yang diduga menculik anak-anak. Berita itu menyebar dengan cepat dan publik menyalahkan keempat wanita itu hingga salah satu dari mereka meninggal dan tiga lainnya terluka. Padahal, pengemis malang itu menjadi korban berita bohong yang tersebar di masyarakat.
Pro Dan Kontra Menggunakan Media Sosial
Kebanyakan orang mengatakan bahwa media sosial secara negatif mempengaruhi cara kita berpikir. Faktanya, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan depresi. Ini terjadi karena ketika Anda melihat media sosial, Anda tidak menyadari bahwa Anda terus-menerus membandingkan diri Anda dengan orang lain. Anda sering melihat teman dengan kehidupan yang lebih baik dan pekerjaan yang lebih mapan, mungkin untuk memiliki belahan jiwa. Segalanya tampak ideal, dan kecemburuan serta kecemasan muncul di beberapa titik.
Bukan tidak mungkin menjadi depresi jika kondisi ini tidak terkendali. Namun pada kenyataannya, depresi media sosial biasanya tidak datang dengan mudah. Gangguan ini biasanya cukup lama untuk berkembang menjadi depresi, dan ada faktor-faktor lain. Namun, jika Anda menggunakan media sosial dengan bijak, itu bisa menjadi tempat di mana Anda dapat berbagi informasi positif satu sama lain, misalnya, menemukan informasi tentang artikel yang Anda cari.
Kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari media sosial
Besarnya dampak negatif dan positif dari penggunaan media sosial berbeda-beda pada setiap orang. Untuk menghindari efek samping, ikuti tips berikut:
1. Gunakan Media Sosial Dengan Hemat
Sebenarnya boleh saja menggunakan media sosial karena itu adalah platform yang sering kita gunakan untuk berinteraksi dan mendapatkan informasi. Oleh karena itu, sebaiknya batasi waktu dan gunakan untuk situasi dan kondisi tertentu, agar tidak mengekspos diri Anda pada efek negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan.
2. Jaga Anakmu
Dampak negatif media pada anak. Sebagai orang tua, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah memantau penggunaan media sosial anak-anak kita. Dimulai dengan menjelaskan apa yang boleh dan apa yang dilarang, penyaringan informasi perlu dilakukan sejak dini agar tidak mempengaruhi proses perkembangan psikologis anak atau memperburuk cara berpikirnya.
3. Berpikir Kritis
Ini sangat penting dalam etiket media sosial, jadi berpikirlah secara kritis. Fokus pada menemukan fakta dan bergerak maju daripada mengambil informasi dengan sebutir garam. Faktanya, media sosial dapat mengubah cara orang berpikir, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Itu semua tergantung pada apakah setiap individu memiliki kekuasaan atas diri mereka sendiri. Ketika Anda mulai merasakan pengaruh negatif, saatnya untuk lebih fokus pada dunia nyata, memperhatikan orang dan lingkungan di sekitar Anda, dan terlibat dalam aktivitas yang lebih positif.
Haruskah Saya Menghapus Foto Mantan Setelah Putus
Apakah kamu termasuk orang yang sering berfoto lucu dengan pasangan dan mengunggahnya ke media sosial? Ini sangat masuk akal. Anda tidak ingin melewatkan momen penting, jadi Anda ingin mengabadikannya dalam sebuah foto. Tapi sekarang kamu bingung dan bingung saat harus putus dengan pasangan. Anda mungkin sudah banyak mengunggah foto mantan Anda di media sosial. Haruskah Anda menghapus foto-foto kenangan itu? Atau haruskah Anda berhenti karena Anda adalah teman baik
Apakah Anda menghapus foto asli dari media sosial atau tidak pada dasarnya terserah Anda. Jika foto-foto mantan mengingatkan Anda pada mantan dengan kenangan manis, menghapus foto dari media sosial tidak ada salahnya. Meliput Huffington Post atau melihat foto mantan Anda di media sosial sebenarnya dapat menghambat upaya Anda untuk maju. Meskipun Anda mungkin hanya ingin bernostalgia, metode ini sebenarnya dapat mengembalikan kenangan indah yang seharusnya Anda tinggalkan.
Sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking menemukan bahwa semakin sering orang berbagi foto dengan mantannya di media sosial, semakin kuat keinginan untuk bersatu kembali dengan mereka. Daripada langsung move on, melihat foto aslinya kembali membuka luka lama dan akhirnya membuatnya menyesal putus dengan pacarnya.